Fasilitas Pajak Bagi Perumahan (Bagian 2)

<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5OBxMNSFtcrIFwNIv7J4908LfeFsTOTOo8WLr85bHNr3aVDGrLtYZz7vvlB-gYnyTOEB0fCpEaa4PfiQzMbYqxbdFm6QxY0DYckYqGCwyyLInwfZceUol2tbiJMDsmxJNdGEVPrES9Lk/s1600/rumah_susun.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5478437502408875522" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5OBxMNSFtcrIFwNIv7J4908LfeFsTOTOo8WLr85bHNr3aVDGrLtYZz7vvlB-gYnyTOEB0fCpEaa4PfiQzMbYqxbdFm6QxY0DYckYqGCwyyLInwfZceUol2tbiJMDsmxJNdGEVPrES9Lk/s400/rumah_susun.jpg" style="TEXT-ALIGN: center; MARGIN: 0px auto 10px; WIDTH: 250px; DISPLAY: block; HEIGHT: 190px; CURSOR: pointer" /></a><br /><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 150%; TEXT-INDENT: -18pt; MARGIN: 0cm 0cm 0pt 18pt" class="MsoNormal"><!--[if !supportLists]--><b><span lang="SV"><span style="font-size:+0;"><span style="FONT-STYLE: italic">Artikel Sebelumnya : </span><br /></span></span></b></p><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 150%; TEXT-INDENT: -18pt; MARGIN: 0cm 0cm 0pt 18pt" class="MsoNormal"><a href="http://pelayanan-pajak.blogspot.com/2010/05/fasilitas-pajak-bagi-perumahan-bagian-1.html"><span lang="SV"><span style="font-size:+0;">Fasilitas Pajak Bagi Perumahan - Bagian 1 </span></span></a><b><span lang="SV"><span style="font-size:+0;"><br /></span></span></b></p><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 150%; TEXT-INDENT: -18pt; MARGIN: 0cm 0cm 0pt 18pt" class="MsoNormal"><br /><b><span lang="SV"><span style="font-size:+0;"></span></span></b></p><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 150%; TEXT-INDENT: -18pt; MARGIN: 0cm 0cm 0pt 18pt" class="MsoNormal"><b><span lang="SV"><span style="font-size:+0;">A.<span style="font-size:+0;"> </span></span></span></b><!--[endif]--><b><span lang="SV">PPh Badan dan Fasilitasnya</span></b></p><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 150%; TEXT-INDENT: 29.4pt; MARGIN: 0cm 0cm 0pt 21.3pt" class="MsoNormal"><span lang="SV">Pengusaha realestat yang menerima atau memperoleh penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, wajib membayar sendiri PPh Final Pasal 4 ayat (2) yang terutang sebesar 5% dari jumlah bruto nilai pengalihan tersebut (yaitu nilai yang tertinggi antara nilai berdasarkan Akta Pengalihan Hak dengan Nilai Jual Objek Pajak tanah dan/atau bangunan yang bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Pajak Bumi dan Bangunan) <!--xml:namespace prefix = o /--><o:p></o:p></span></p><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 150%; TEXT-INDENT: 29.4pt; MARGIN: 0cm 0cm 0pt 21.3pt" class="MsoNormal"><span lang="SV">Namun demikian untuk pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang memenuhi kriteria Rumah Sederhana & Rumah Susun Sederhana yang perolehannya secara tunai ataupun dibiayai melalui fasilitas kredit bersubsidi maupun tidak bersubsidi maka besarnya PPh Final Pasal 4 ayat (2) yang wajib dibayar sendiri mendapat fasilitas PPh yaitu sebesar 1%. <span style="font-size:+0;"></span><o:p></o:p></span></p><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 150%; MARGIN: 0cm 0cm 0pt 21.3pt" class="MsoNormal"><span lang="SV"><o:p></o:p></span></p><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 150%; TEXT-INDENT: 29.4pt; MARGIN: 0cm 0cm 0pt 21.3pt" class="MsoNormal"><span lang="SV">Adapun mekanisme penyetoran dan pelaporan PPh Final adalah sebagai berikut :<o:p></o:p></span></p><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 150%; TEXT-INDENT: -18pt; MARGIN: 0cm 0cm 0pt 39.3pt" class="MsoNormal"><!--[if !supportLists]--><span lang="SV"><span style="font-size:+0;">a.<span style="font-size:+0;"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="SV">Dilakukan penyetoran ke bank persepsi atau Kantor Pos dan Giro untuk setiap pembayaran angsuran termasuk uang muka, bunga, pungutan dan pembayaran tambahan lainnya yang dipenuhi oleh pembeli, sehubungan dengan penjualan atau pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan tersebut <o:p></o:p></span></p><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 150%; TEXT-INDENT: -18pt; MARGIN: 0cm 0cm 0pt 39.3pt" class="MsoNormal"><!--[if !supportLists]--><span lang="SV"><span style="font-size:+0;">b.<span style="font-size:+0;"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="SV">Penyetoran selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya setelah bulan diterimanya pembayaran dengan SSP.<o:p></o:p></span></p><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 150%; TEXT-INDENT: -18pt; MARGIN: 0cm 0cm 0pt 39.3pt" class="MsoNormal"><!--[if !supportLists]--><span lang="SV"><span style="font-size:+0;">c.<span style="font-size:+0;"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="SV">Pelaporan selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya setelah bulan dilakukannya pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan atau diterimanya pembayaran dengan SPT Masa PPh Final Pasal 4 ayat (2)</span></p><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 150%; TEXT-INDENT: -18pt; MARGIN: 0cm 0cm 0pt 39.3pt" class="MsoNormal"><br /><span lang="SV"><o:p></o:p></span></p><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 150%; TEXT-INDENT: 1cm; MARGIN: 0cm 0cm 0pt 21.3pt" class="MsoNormal"><span lang="SV"><o:p></o:p></span></p><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 150%; TEXT-INDENT: -18pt; MARGIN: 0cm 0cm 0pt 18pt" class="MsoNormal"><!--[if !supportLists]--><b><span lang="SV"><span style="font-size:+0;">B.<span style="font-size:+0;"> </span></span></span></b><!--[endif]--><b><span lang="SV">PPN/PPnBM dan Fasilitasnya<o:p></o:p></span></b></p><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 150%; TEXT-INDENT: 18pt; MARGIN: 0cm 0cm 0pt 18pt" class="MsoNormal"><span lang="SV">Pengusaha realestat yang melakukan penyerahan tanah dan/atau bangunan wajib memungut PPN sebesar 10% dari harga jual (yaitu nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut Undang-undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak) dan memungut PPnBM sebagai pungutan tambahan di samping PPN sebesar 20% dari harga jual atas peyerahan tanah dan/atau bangunan yang termasuk kelompok hunian mewah seperti rumah mewah, apartemen, kondominium, <i>town house</i>, dan sejenisnya dengan ketentuan sebagai berikut :<o:p></o:p></span></p><ol style="MARGIN-TOP: 0cm" type="a"><li style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 150%; MARGIN-BOTTOM: 0pt" class="MsoNormal"><span lang="SV">Rumah, termasuk rumah kantor atau rumah toko, yang luas bangunannya 400 M² atau lebih atau dengan harga jual bangunannya Rp. 3.000.000,00 atau lebih per M² tidak termasuk nilai tanahnya<o:p></o:p></span></li><li style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 150%; MARGIN-BOTTOM: 0pt" class="MsoNormal"><span lang="SV">Apartemen, Kondiminium, <i>townhouse</i>, dan sejenisnya dengan luas bangunan 150 M² atau lebih atau dengan harga jual bangunannya Rp. 4.000.000,00 atau lebih per M² tidak termasuk nilai tanahnya<o:p></o:p></span></li></ol><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 150%; TEXT-INDENT: 18pt; MARGIN: 0cm 0cm 0pt 18pt" class="MsoNormal"><span lang="SV">Namun demikian pengusaha realestat yang melakukan penyerahan bangunan yang memenuhi kriteria Rumah Sederhana dan Rumah Sangat Sederhana maupun Rumah Susun Sederhana yang perolehannya secara tunai ataupun dibiayai melalui fasilitas kredit bersubsidi maupun tidak bersubsidi, Pondok Boro, Asrama Mahasiswa dan Pelajar, Perumahan Lainnya, serta Rumah Susun Sederhana Milik (RUSUNAMI) yang perolehannya dibiayai melalui kredit kepemilikan rumah bersubsidi atau tidak bersubsidi mendapat fasilitas dibebaskan dari pengenaan PPN secara otomatis tanpa adanya persyaratan SKB (Surat Keterangan Bebas).</span></p><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 150%; TEXT-INDENT: 18pt; MARGIN: 0cm 0cm 0pt 18pt" class="MsoNormal"><br /><span lang="SV"><o:p></o:p></span></p><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 150%; TEXT-INDENT: 18pt; MARGIN: 0cm 0cm 0pt 18pt" class="MsoNormal"><span lang="SV"><o:p></o:p></span></p><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 150%; TEXT-INDENT: -18pt; MARGIN: 0cm 0cm 0pt 18pt" class="MsoNormal"><!--[if !supportLists]--><b><span lang="ES"><span style="font-size:+0;">C.<span style="font-size:+0;"> </span></span></span></b><!--[endif]--><b><span lang="ES">PPN MBS (Membangun Sendiri) dan Fasilitasnya <o:p></o:p></span></b></p><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 150%; TEXT-INDENT: 18pt; MARGIN: 0cm 0cm 0pt 18pt" class="MsoNormal"><span lang="ES">Pengusaha realestat dapat dikenakan PPN atas kegiatan membangun sendiri yang dilakukan oleh pembeli kaveling di dalam kawasan realestat dengan tarif 10% x 40% dari jumlah biaya yang dikeluarkan dan atau yang dibayarkan untuk membangun sendiri, tidak termasuk harga perolehan tanah<o:p></o:p></span></p><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 150%; TEXT-INDENT: 18pt; MARGIN: 0cm 0cm 0pt 18pt" class="MsoNormal"><span lang="ES">Namun demikian pengusaha realestat tidak akan dikenakan PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri apabila melakukan hal-hal sebagai berikut :<o:p></o:p></span></p><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 150%; TEXT-INDENT: -18pt; MARGIN: 0cm 0cm 0pt 36pt" class="MsoNormal"><!--[if !supportLists]--><span lang="ES"><span style="font-size:+0;">1)<span style="font-size:+0;"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="ES">Pada saat ditandatanganinya Surat Pemesanan Tanah/Surat Perjanjian Pra Jual Beli/Perjanjian Pra Jual Beli/Akte Jual Beli atas transaksi penjualan tanah kaveling, pembeli tanah kaveling wajib mengisi dan menandatangani formulir Surat Pernyataan Kesanggupan Membayar Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan Membangun Sendiri yang diberikan oleh pihak realestat <o:p></o:p></span></p><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 150%; TEXT-INDENT: -18pt; MARGIN: 0cm 0cm 0pt 36pt" class="MsoNormal"><!--[if !supportLists]--><span lang="ES"><span style="font-size:+0;">2)<span style="font-size:+0;"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="ES">Pengusaha realestat wajib melaporkan transaksi penjualan tanah kaveling kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tanah kaveling berada dengan mengirimkan tembusan formulir Surat Pernyataan Kesanggupan Membayar Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan Membangun Sendiri paling lambat satu bulan sejak tanggal penandatanganan formulir</span></p><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 150%; TEXT-INDENT: -18pt; MARGIN: 0cm 0cm 0pt 36pt" class="MsoNormal"><br /><span lang="ES"><o:p></o:p></span></p><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 150%; MARGIN: 0cm 0cm 0pt 36pt" class="MsoNormal"><span lang="ES"><o:p></o:p></span></p><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 150%; TEXT-INDENT: -18pt; MARGIN: 0cm 0cm 0pt 18pt" class="MsoNormal"><!--[if !supportLists]--><b><span lang="SV"><span style="font-size:+0;">D.<span style="font-size:+0;"> </span></span></span></b><!--[endif]--><b><span lang="SV">BPHTB dan Fasilitasnya <o:p></o:p></span></b></p><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 150%; TEXT-INDENT: 18pt; MARGIN: 0cm 0cm 0pt 18pt" class="MsoNormal"><span lang="SV">Pengusaha realestat yang melakukan penjualan tanah dan/atau bangunan dengan sistem bersih (netto) atau harga jual sudah termasuk pajak-pajak antara lain BPHTB maka besarnya BPHTB terutang yang dibebankan kepada pembeli adalah sebesar 5% x (NPOP– NPOPTKP)<o:p></o:p></span></p><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 150%; TEXT-INDENT: 18pt; MARGIN: 0cm 0cm 0pt 18pt" class="MsoNormal"><span lang="SV">Nilai Perolehan Objek Pajak dalam hal jual beli adalah harga transaksi dan apabila tidak diketahui atau lebih rendah daripada NJOP yang digunakan dalam pengenaan PBB pada tahun terjadinya perolehan, dasar pengenaan pajak yang dipakai adalah NJOP PBB.<o:p></o:p></span></p><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 150%; TEXT-INDENT: 18pt; MARGIN: 0cm 0cm 0pt 18pt" class="MsoNormal"><span lang="SV">Adapun besarnya (NPOPTKP) Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak secara regional untuk perolehan hak secara umum ditetapkan paling banyak Rp 60.000.000,00.<o:p></o:p></span></p><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 150%; TEXT-INDENT: 18pt; MARGIN: 0cm 0cm 0pt 18pt" class="MsoNormal"><span lang="SV">Namun demikian untuk perolehan hak yang memenuhi kriteria Rumah Sederhana Sehat (RSH) dan Rumah Susun Sederhana yang perolehannya dibiayai melalui KPR bersubsidi mendapat fasilitas BPHTB berupa (NPOPTKP) Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak sebesar Rp 49.000.000,-. Dalam hal NPOPTKP yang ditetapkan secara umum lebih besar daripada Rp 49.000.000,- maka NPOPTKP untuk perolehan hak Rumah Sederhana Sehat (RSH) dan Rumah Susun Sederhana yang perolehannya dibiayai melalui KPR bersubsidi ditetapkan sama dengan NPOPTKP secara umum<o:p></o:p></span></p><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 150%; TEXT-INDENT: 18pt; MARGIN: 0cm 0cm 0pt 18pt" class="MsoNormal"><span lang="SV">Disamping itu atas permohonan Wajib Pajak, dalam hal Wajib Pajak orang pribadi yang memperoleh hak atas tanah dan atau bangunan yang memenuhi kriteria Rumah Sederhana (RS) dan Rumah Susun Sederhana serta Rumah Sangat Sederhana (RSS) yang diperoleh langsung dari pengembang dan dibiayai melalui KPR tidak bersubsidi dapat diberikan fasilitas BPHTB berupa pengurangan BPHTB sebesar 25% dari pajak yang terutang.</span></p><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 150%; TEXT-INDENT: 18pt; MARGIN: 0cm 0cm 0pt 18pt" class="MsoNormal"><br /><span lang="SV"><o:p></o:p></span></p><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 150%; MARGIN-BOTTOM: 0pt" class="MsoNormal"><span lang="SV"><o:p></o:p></span></p><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 150%; TEXT-INDENT: -18pt; MARGIN: 0cm 0cm 0pt 18pt" class="MsoNormal"><!--[if !supportLists]--><b><span lang="SV"><span style="font-size:+0;">E.<span style="font-size:+0;"> </span></span></span></b><!--[endif]--><b><span lang="SV">PPh Pemotongan/Pemungutan dan Fasilitasnya<o:p></o:p></span></b></p><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 150%; TEXT-INDENT: 18pt; MARGIN: 0cm 0cm 0pt 18pt" class="MsoNormal"><span lang="SV">Pada umumnya pengusaha realestat dalam membangun rumah memanfaatkan tenaga mandor yang bukan pegawai tetap perusahaan beserta tenaga bangunannya dengan sistem borongan. Dengan demikian seharusnya pengusaha realestat mempunyai kewajiban memotong atau menanggung PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar 4% dari jumlah bruto (yaitu jasa dan material) baik mandor tersebut telah ber-NPWP maupun tidak ber-NPWP karena mandor termasuk jasa pelaksanaan konstruksi yang tidak memiliki kualifikasi usaha/sertifikasi <o:p></o:p></span></p><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 150%; TEXT-INDENT: 18pt; MARGIN: 0cm 0cm 0pt 18pt" class="MsoNormal"><span lang="SV">Namun demikian pengusaha realestat tidak memotong atau menanggung <span style="font-size:+0;"></span>PPh Pasal 4 ayat (2) melainkan PPh Pasal 21 sebesar Tarif PPh Pasal 17 (minimal 5%) dengan perhitungan sesuai ketentuan Peraturan Manteri Keuangan Nomor PMK-252/PMK.03/2008 apabila pengusaha realestat dalam membangun rumah memanfaatkan tenaga mandor yang merupakan pegawai tetap perusahaan sedangkan tenaga bangunannya merupakan tenaga lepas yang telah memiliki NPWP. Akan tetapi jika tidak memiliki NPWP maka dikenakan PPh Pasal 21 lebih tinggi 20% dari Tarif PPh Pasal 17 (atau minimal 6%)</span></p><br /><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 150%; TEXT-INDENT: 18pt; MARGIN: 0cm 0cm 0pt 18pt" class="MsoNormal"><br /></p><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 150%; TEXT-INDENT: 18pt; MARGIN: 0cm 0cm 0pt 18pt" class="MsoNormal"><br /><span lang="SV"><o:p></o:p></span></p>

Fasilitas Pajak Bagi Perumahan (Bagian 2)

Artikel Sebelumnya : Fasilitas Pajak Bagi Perumahan - Bagian 1 A. PPh Badan dan Fasilitasnya Pengusaha realestat yang menerima atau mempero...

Baca selengkapnya »

Fasilitas Pajak bagi Perumahan (Bagian 1)

<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTSpP4TcMf3uHGzuYXmbUsUA4T9WiPWPoQ-JrVR-f_bmIolwZ6ZwXlNo1DiK3o0c4uWkLN2kJ2iWptRsYZsDOrAPLPK938cpwIaZHPyQppFStodYuRE8PEcus7I2Jc7ocIw15pvR5XLhI/s1600/rss.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5474725050737667650" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTSpP4TcMf3uHGzuYXmbUsUA4T9WiPWPoQ-JrVR-f_bmIolwZ6ZwXlNo1DiK3o0c4uWkLN2kJ2iWptRsYZsDOrAPLPK938cpwIaZHPyQppFStodYuRE8PEcus7I2Jc7ocIw15pvR5XLhI/s400/rss.jpg" style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 249px; height: 203px;" /></a><br /><p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 18pt; line-height: 150%;"><span style="" lang="SV">Bagi anda yang berniat membeli rumah, anda harus mengetahui bahwa ada jenis rumah yang mendapat fasilitas pajak. Rumah yang mendapat fasilitas pajak adalah yang memenuhi kriteria-kriteria<span style=""> </span>berikut :</span></p><p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 18pt; line-height: 150%;"><br /><span style="" lang="SV"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><b><span style="" lang="SV">1.<span style=""> </span>Rumah Sederhana dan Rumah Sangat Sederhana<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="" lang="SV">Adalah Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat/RSH) dan Rumah Inti Tumbuh (RIT) yang memenuhi ketentuan:<span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 32.2pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt; line-height: 150%;"><span style="" lang="ES">a. <span style=""> </span>harga jual tidak melebihi Rp 55.000.000,- dan<span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 32.2pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt; line-height: 150%;"><span style="" lang="ES">b. <span style=""> </span>merupakan rumah pertama yang dimiliki, digunakan sendiri sebagai tempat tinggal dan tidak dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 tahun sejak dimiliki.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 14.2pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="" lang="ES">Termasuk Rumah Sederhana dan Rumah Sangat Sederhana adalah Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat/RSH) dan Rumah Inti Tumbuh (RIT) yang diserahkan kepada Bank dalam rangka pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang memenuhi ketentuan :<span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 28.4pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt; line-height: 150%;"><span style="" lang="SV">a. <span style=""> </span>harga jual tidak melebihi Rp 55.000.000,- <span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 28.4pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt; line-height: 150%;"><span style="" lang="SV">b. <span style=""> </span>dibeli oleh bank dengan tujuan untuk dijual kembali kepada masyarakat yang berpenghasilan rendah dalam rangka pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan<span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 28.4pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt; line-height: 150%;"><span style="" lang="SV">c. <span style=""> </span>rumah tersebut harus dijual kembali kepada masyarakat berpenghasilan rendah dalam jangka waktu 6 bulan sejak dibeli. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt; line-height: 150%;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><b><span style="" lang="SV"><br /></span></b></p><p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><b><span style="" lang="SV">2.<span style=""> </span>Rumah Susun Sederhana <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="" lang="SV">Adalah Bangunan bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang dipergunakan sebagai tempat hunian yang dilengkapi dengan KM/WC dan dapur baik bersatu dengan unit hunian maupun terpisah dengan penggunaan komunal yang memenuhi ketentuan:<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 32.2pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt; line-height: 150%;"><span style="" lang="SV">a.<span style=""> </span>harga jual untuk setiap hunian termasuk strata title tidak melebihi Rp 75.000.000,00;<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 32.2pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt; line-height: 150%;"><span style="" lang="SV">b.<span style=""> </span>luas bangunan untuk setiap hunian tidak melebihi 21 m2;<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 32.2pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt; line-height: 150%;"><span style="" lang="SV">c.<span style=""> </span>pembangunannya mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum yang mengatur mengenai Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun; dan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 32.2pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt; line-height: 150%;"><span style="" lang="SV">d.<span style=""> </span>merupakan unit hunian pertama yang dimiliki, digunakan sendiri sebagai tempat tinggal dan tidak dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 tahun sejak dimiliki.</span></p><p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 32.2pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt; line-height: 150%;"><br /><span style="" lang="SV"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 32.2pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt; line-height: 150%;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><b><span style="" lang="SV">3.<span style=""> </span>Pondok Boro <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="" lang="SV">Adalah bangunan sederhana, berupa bangunan bertingkat atau tidak bertingkat, yang dibangun dan dibiayai oleh perorangan atau koperasi buruh atau koperasi karyawan yang diperuntukkan bagi para buruh tidak tetap atau para pekerja sektor informal berpenghasilan rendah dengan biaya sewa yang disepakati, yang tidak dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak diperoleh<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><b><span style="" lang="SV"><br /></span></b></p><p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><b><span style="" lang="SV">4.<span style=""> </span>Asrama Mahasiswa dan Pelajar <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="" lang="SV">Adalah bangunan sederhana, berupa bangunan bertingkat atau tidak bertingkat, yang dibangun dan dibiayai oleh universitas atau sekolah, perorangan dan atau Pemerintah Daerah yang diperuntukkan khusus untuk pemondokan pelajar atau mahasiswa, yang tidak dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak diperoleh <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><b><span style=""><br /></span></b></p><p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><b><span style="">5.<span style=""> </span>Perumahan Lainnya<o:p></o:p></span></b></p> <ol style="margin-top: 0cm;" start="1" type="a"><li class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="">Rumah Pekerja, yaitu tempat hunian, berupa bangunan bertingkat atau tidak bertingkat, yang dibangun dan dibiayai oleh suatu perusahaan, diperuntukkan bagi karyawannya sendiri dan bersifat tidak komersil, yang memenuhi ketentuan sebagai Rumah Sederhana dan Rumah Sangat Sederhana serta Rumah Susun Sederhana, yang tidak dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 tahun sejak diperoleh;<o:p></o:p></span></li><li class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="">Bangunan yang diperuntukkan bagi korban bencana alam nasional.</span></li></ol> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style=""><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><b><span style=""><br /></span></b></p><p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><b><span style="">6.<span style=""> </span>Rumah Susun Sederhana Milik (RUSUNAMI)<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="">Adalah bangunan bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang dipergunakan sebagai tempat hunian yang dilengkapi dengan kamar mandi/WC dan dapur, baik bersatu dengan unit hunian maupun terpisah dengan penggunaan komunal yang memenuhi ketentuan :<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span style="">a. <span style=""> </span>luas untuk setiap hunian lebih dari 21 m2 dan tidak <span style=""> </span>melebihi 36 m2;<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span style="">b. <span style=""> </span>harga jual untuk setiap hunian tidak melebihi Rp 144.000.000,00;<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span style="">c. <span style=""> </span>diperuntukkan bagi orang pribadi yang mempunyai penghasilan tidak melebihi<span style=""> </span><span style=""> </span>Rp 4.500.000,00<span style=""> </span>per bulan dan telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span style="">d. <span style=""> </span>pembangunannya mengacu kepada Peraturan Menteri Pekerjaan umum yang mengatur mengenai persyaratan teknis pembangunan rumah susun sederhana; dan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span style="">e. <span style=""> </span>merupakan unit hunian pertama yang dimiliki, digunakan sendiri sebagai tempat tinggal dan tidak dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 (<st1:place st="on"><st1:city st="on">lima</st1:city></st1:place>) tahun sejak dimiliki.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span style=""><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="">Termasuk dalam pengertian Rusunami adalah Rusunami yang diserahkan kepada bank dalam rangka pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang memenuhi ketentuan:<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="">a. <span style=""> </span>dibeli oleh bank dengan tujuan untuk dijual kembali kepada masyarakat dalam rangka<span style=""> </span>pembiayaan berdasarkan prinsip syariah; dan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="">b. <span style=""> </span>rumah tersebut harus dijual kembali kepada masyarakat dalam jangka waktu 6 (enam) <span style=""> </span>bulan sejak dibeli.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style=""><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style=""><br /></span></p><p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="">Jenis pajak apa saja yang diberikan fasilitas ?<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="">Silakan baca bab selanjutnya (Bagian 2) -- <a href="http://pelayanan-pajak.blogspot.com/2010/06/fasilitas-pajak-bagi-perumahan-bagian-2.html">Klik Disini</a><br /></span></p><p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><br /><span style=""><o:p></o:p></span></p>

Fasilitas Pajak bagi Perumahan (Bagian 1)

Bagi anda yang berniat membeli rumah, anda harus mengetahui bahwa ada jenis rumah yang mendapat fasilitas pajak. Rumah yang mendapat fasilit...

Baca selengkapnya »

Pajak Penghasilan Bagi Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri

<img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5436518500271266114" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzMRWlF2szQE4y3rhhPvP6DkMxmaPoLVj5OiGJgE2II5pmYvIvMGL3Wg2v9987F5FLfSB48X0FJ1iLUjb1zgtQQbEnfobc6WUhRMC_xxuP3LLOxrtiYwARGXEx5fMPybD1UBYhYH427hw/s400/284289_logcargovssl.jpg" style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 400px; height: 283px;" /><br /><br /><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b style=""><span style="line-height: 150%;font-family:";font-size:11;" >Dasar Hukum :<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-family:";font-size:11;" >KMK-416/KMK.04/1996<br />SE-29/PJ.4/1996).</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><br /><span style="line-height: 150%;font-family:";font-size:11;" ><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-family:";font-size:11;" ><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b style=""><span style="line-height: 150%;font-family:";font-size:11;" >Pengertian :<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-family:";font-size:11;" >Wajib Pajak perusahaan pelayaran dalam negeri adalah orang yang bertempat tinggal atau badan yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia yang melakukan usaha pelayaran dengan kapal yang didaftarkan di Indonesia maupun di luar negeri atau dengan kapal pihak lain (cfm.KMK-416/KMK.04/1996 Jo SE-29/PJ.4/1996).</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><br /><span style="line-height: 150%;font-family:";font-size:11;" ><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraph" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-family:";font-size:11;" ><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b style=""><span style="line-height: 150%;font-family:";font-size:11;" >Pengenaan Pajak :<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-family:";font-size:11;" >atas penghasilan bruto yang dterima atau diperoleh WP Pelayaran Dalam Negeri dikenakan PPh sebesar 1,2% dan bersifat Final. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-family:";font-size:11;" >Wajib Pajak perusahaan pelayaran dalam negeri dikenakan Pajak Penghasilan atas seluruh penghasilan yang diterima atau diperolehnya baik dari Indonesia maupun dari luar Indonesia. Oleh karena itu penghasilan yang menjadi Objek pengenaan PPh meliputi penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari pengangkutan orang dan/atau barang, termasuk penghasilan penyewaan kapal yang dilakukan dari :<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-family:";font-size:11;" >- pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan lainnya di Indonesia;<br />- pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar Indonesia;<br />- pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan di Indonesia; dan<br />- pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan lainnya di luar Indonesia.<br /><span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-family:";font-size:11;" >Apabila Wajib Pajak melakukan kegiatan jasa angkut (perusahaan pelayaran yang beroperasi sendiri mencari muatan, pada trayek yang tetap dan melayani secara tetap dengan freight yang tertentu) dan jasa sewa (meyewakan kapal) maka WP hanya menghitung PPh atas jasa angkutnya saja karena penghasilan dari jasa sewa telah dipotong oleh pihak lain.</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><br /><span style="line-height: 150%;font-family:";font-size:11;" ><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-family:";font-size:11;" ><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b style=""><span style="line-height: 150%;font-family:";font-size:11;" >Pelunasan dan Pelaporan :<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="line-height: 150%;font-family:";font-size:11;" ><span style="">a.<span style=";font-family:";font-size:7;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="line-height: 150%;font-family:";font-size:11;" >Dalam hal penghasilan diperoleh berdasarkan perjanjian persewaan atau charter dengan pemotong pajak, maka pihak yang membayar atau terutang hasil tersebut wajib :<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -14.15pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="line-height: 150%;font-family:Symbol;font-size:11;" ><span style=""><span style=";font-family:";font-size:7;" > </span></span></span><span style="line-height: 150%;font-family:Symbol;font-size:11;" ><span style="">·<span style=";font-family:";font-size:7;" > </span></span></span><span style="line-height: 150%;font-family:Symbol;font-size:11;" ><span style=""><span style=";font-family:";font-size:7;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="line-height: 150%;font-family:";font-size:11;" >memotong PPh yang terutang pada saat pembayaran atau terutangnya imbalan atau nilai pengganti;</span><br /><!--[if !supportLists]--><span style="line-height: 150%;font-family:Symbol;font-size:11;" ><span style="">·<span style=";font-family:";font-size:7;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="line-height: 150%;font-family:";font-size:11;" >memberikan Bukti Pemotongan PPh atas Penghasilan Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri (Final) kepada pihak yang menerima atau memperoleh penghasilan;</span><br /><!--[if !supportLists]--><span style="line-height: 150%;font-family:Symbol;font-size:11;" ><span style="">·<span style=";font-family:";font-size:7;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="line-height: 150%;font-family:";font-size:11;" >menyetor PPh yang terutang ke bank persepsi atau Kantor Pos dan Giro selambat-lambatnya 10 bulan berikutnya setelah bulan pembayaran atau terutangnya imbalan, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP);</span><br /><!--[if !supportLists]--><span style="line-height: 150%;font-family:Symbol;font-size:11;" ><span style="">·<span style=";font-family:";font-size:7;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="line-height: 150%;font-family:";font-size:11;" >melaporkan pemotongan dan penyetoran yang dilakukan ke Kantor Pelayanan Pajak selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya setelah bulan pembayaran atau terutangnya imbalan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="line-height: 150%;font-family:";font-size:11;" ><span style="">b.<span style=";font-family:";font-size:7;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="line-height: 150%;font-family:";font-size:11;" >Dalam hal penghasilan diperoleh selain sebagaimana dimaksud pada huruf a, maka Wajib Pajak perusahaan pelayaran dalam negeri wajib <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -14.15pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="line-height: 150%;font-family:Symbol;font-size:11;" ><span style=""> <span style=";font-family:";font-size:7;" > </span></span></span><span style="line-height: 150%;font-family:Symbol;font-size:11;" ><span style="">·</span></span><span style="line-height: 150%;font-family:Symbol;font-size:11;" ><span style=""><span style=";font-family:";font-size:7;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="line-height: 150%;font-family:";font-size:11;" >menyetor PPh yang terutang ke bank persepsi atau Kantor Pos dan Giro selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikut setelah bulan diterima atau diperolehnya penghasilan, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP)Final;</span><br /><!--[if !supportLists]--><span style="line-height: 150%;font-family:Symbol;font-size:11;" ><span style="">·<span style=";font-family:";font-size:7;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="line-height: 150%;font-family:";font-size:11;" ><span style=""> </span>melaporkan penyetoran yang dilakukan ke Kantor Pelayanan Pajak selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikut setelah bulan diterima atau diperolehnya penghasilan.</span></p><p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -14.15pt; line-height: 150%;"><br /><span style="line-height: 150%;font-family:";font-size:11;" ><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-family:";font-size:11;" ><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b style=""><span style="line-height: 150%;font-family:";font-size:11;" >Penghasilan Lain<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-family:";font-size:11;" >Dalam hal Wajib Pajak juga menerima atau memperoleh penghasilan lainnya selain penghasilan dari jasa pelayaran, maka atas penghasilan lain tersebut dikenakan PPh berdasarkan ketentuan perpajakan yang berlaku.</span></p><br /><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><br /></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><br /><span style="line-height: 150%;font-family:";font-size:11;" ><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-family:";font-size:11;" ><o:p> </o:p></span></p>

Pajak Penghasilan Bagi Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri

Dasar Hukum : KMK-416/KMK.04/1996 SE-29/PJ.4/1996). Pengertian : Wajib Pajak perusahaan pelayaran dalam negeri adalah orang yang ...

Baca selengkapnya »

PPh Final Bagi Wajib Pajak Real Estate

<span style="font-size:130%;"><span style="font-family: arial; font-weight: bold;">SE- 80/PJ/2009</span></span><br /><br /><span style="font-family: arial;">TENTANG </span><br /><br /><span style="font-weight: bold; font-family: arial;">PELAKSANAAN PAJAK PENGHASILAN YANG BERSIFAT FINAL ATAS PENGHASILAN DARI PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH WAJIB PAJAK YANG USAHA POKOKNYA MELAKUKAN PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN</span><br /><br /><span style="font-family: arial;">Sehubungan dengan banyaknya pertanyaan mengenai pelaksanaan Pajak Penghasilan yang bersifat final (PPh Final) atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan (WP real estat), dengan ini disampaikan hal-hal sebagai berikut :</span><br /><span style="font-family: arial;">1. Pembayaran PPh Final atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan oleh WP real estat dilakukan :</span><br /><br /><span style="font-family: arial;">a. paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah bulan diterimanya pembayaran,dalam hal pembayaran atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dilakukan dengan cara angsuran ;</span><br /><span style="font-family: arial;">b. sebelum akta, keputusan, perjanjian, kesepakatan atau risalah lelang atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan ditandatangani oleh pejabat yang berwenang, dalam hal jumlah seluruh pembayaran sebagaimana dimaksud pada huruf a kurang dari jumlah bruto nilai pengalihan hak .</span><br /><br /><span style="font-family: arial;">2. Nilai pengalihan hak sebagaimana dimaksud dalam butir 1 huruf b adalah nilai yang tertinggi antara nilai berdasarkan Akta Pengalihan Hak dengan Nilai Jual Objek Pajak tanah dan/atau bangunan yang bersangkutan pada saat ditandatangani akta, keputusan, perjanjian, kesepakatan atau risalah lelang atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan oleh pejabat yang berwenang .</span><br /><br /><span style="font-family: arial;">3. Dalam hal pembayaran atau angsuran atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dilakukan sebelum 1 Januari 2009 dan penjualan atas pengalihan tersebut belum diakui sebagai penghasilan Wajib Pajak yang melakukan pengalihan tersebut sampai dengan 31 Desember 2008 maka PPh Final atas pembayaran atau angsuran tersebut harus dibayar sebelum akta, keputusan, perjanjian, kesepakatan atau risalah lelang atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan ditandatangani oleh pejabat yang berwenang .</span><br /><br /><span style="font-family: arial;">4. Dalam hal pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dilakukan di cabang maka pembayaran PPh dan penyampaian <a href="http://pelayanan-pajak.blogspot.com/2008/10/perubahan-bentuk-formulir-pemotongan.html">SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2)</a> atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan tersebut dapat dilakukan oleh cabang . Namun seluruh pembayaran PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang dilakukan di cabang harus dikonsolidasi oleh pusat dan dilaporkan dalam <a href="http://pelayanan-pajak.blogspot.com/2008/11/sanksi-administrasi-berupa-denda-karena.html">SPT Tahunan</a> PPh .</span><br /><br /><span style="font-family: arial;">5. Dalam hal terdapat dua atau lebih Wajib Pajak bekerja sama membentuk Kerja Sama Operasi (KSO)IJoint Operation (JO) melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan maka PPh Final atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dibayar oleh masing-masing anggota KSO sesuai dengan bagian penghasilan yang diterima masing-masing anggota KSO .</span><br /><br /><span style="font-family: arial;">6. Dalam hal PPh Final sebagaimana dimaksud dalam butir 5 telah dibayar dengan menggunakan <a href="http://pelayanan-pajak.blogspot.com/2009/06/surat-setoran-pajak-ssp-baru-berlaku-1.html">Surat Setoran Pajak (SSP) </a>atas nama KSO atau salah satu anggota KSO maka SSP tersebut dipindahbukukan ke masing-masing anggota KSO sesuai dengan bagian penghasilan yang diterima masing-masing anggota KSO .</span><br /><br /><span style="font-family: arial;">7. Atas pelaksanaan aturan peralihan Pasal II <a href="http://pelayanan-pajak.blogspot.com/2008/12/pp-71-tahun-2008-tentang-perubahan.html">Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2008</a> sebagaimana diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-28/PJ/2009 tentang Pelaksanaan Ketentuan Peralihan <a href="http://pelayanan-pajak.blogspot.com/2008/12/pp-71-tahun-2008-tentang-perubahan.html">Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2008</a> tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 tentang Pembayaran Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan ditegaskan hal-hal sebagai berikut :</span><br /><br /><span style="font-family: arial;">a. Surat Keterangan Bebas (SKB) pembayaran Pajak Penghasilan yang bersifat final dapat diterbitkan kepada Wajib Pajak Badan yang usaha pokoknya melakukan transaksi pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan (WP Badan real estat) apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut :</span><br /><span style="font-family: arial;">1) pengalihan hak (penjualan) atas tanah dan/atau bangunan dilakukan sebelum tanggal 1 Januari 2009 ;</span><br /><span style="font-family: arial;">2) penghasilan atas pengalihan hak tersebut telah dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang bersangkutan dan Pajak Penghasilan atas penghasilan tersebut telah dilunasi ;</span><br /><span style="font-family: arial;">3) permohonan diajukan oleh WP Badan real estat yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan disertai lampiran berupa daftar tanah dan/atau bangunan sesuai format yang ditetapkan yang diisi dengan lengkap meliputi nama dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pembeli tanah dan/atau bangunan.</span><br /><br /><span style="font-family: arial;">b. Sehubungan dengan nama dan <a href="http://pelayanan-pajak.blogspot.com/2008/08/apa-sih-npwp.html">NPWP</a> pembeli yang tercantum dalam SKB sebagaimana dimakud pada huruf a, ditegaskan bahwa :</span><br /><span style="font-family: arial;">1) NPWP pembeli wajib dicantumkan dalam permohonan SKB, kecuali berdasarkan ketentuan perpajakan pembeli tersebut tidak wajib memiliki <a href="http://pelayanan-pajak.blogspot.com/2008/08/apa-sih-npwp.html">NPWP</a> ;</span><br /><span style="font-family: arial;">2) nama pembeli yang tercantum dalam permohonan SKB adalah pembeli yang tercantum dalam Perjanjian Perikatan Jual Beli (PPJB) ;</span><br /><span style="font-family: arial;">3) dalam hal terjadi perubahan PPJB sehingga WP Badan real estat menerima atau memperoleh penghasilan dari perubahan PPJB tersebut, maka SKB hanya dapat diterbitkan apabila WP Badan real estat dapat membuktikan bahwa penghasilan dari perubahan PPJB tersebut telah dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang bersangkutan dan Pajak Penghasilan atas penghasilan tersebut telah dilunasi .</span>

PPh Final Bagi Wajib Pajak Real Estate

SE- 80/PJ/2009 TENTANG PELAKSANAAN PAJAK PENGHASILAN YANG BERSIFAT FINAL ATAS PENGHASILAN DARI PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN Y...

Baca selengkapnya »

SPT PPh Final, PPh Pasal 4 ayat(2), SPT PPh Pasal 15, Pasal 22, Pasal 23 dan/atau Pasal 26 Baru..!!! Mulai Oktober 2009

<span style="font-family:arial;">Telah terbit Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-53/PJ/2009 tanggal 30 September 2009 mengenai SPT PPh Final, PPh Pasal 4 ayat(2), Surat pemberitahuan Pajak Penghasilan Pasal 15, Pasal 22, Pasal 23 dan/atau Pasal 26 baru, yang mulai <span style="font-weight: bold; color: rgb(255, 0, 0);">berlaku 1 Nopember 2009</span></span><br /><br /><span style="font-weight: bold;font-family:arial;" >PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-53/PJ/2009</span><br /><span style="color: rgb(255, 0, 0); font-weight: bold;">mencabut</span> <span style="font-weight: bold;font-family:arial;" ><br /><span style="font-style: italic; color: rgb(255, 0, 0);">PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-43/PJ/2009</span></span><br /><br /><span style="font-family:arial;">Tentang Bentuk Formulir Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Final, PPh Pasal 4 ayat(2), Surat pemberitahuan Pajak Penghasilan Pasal 15, Pasal 22, Pasal 23 dan/atau Pasal 26 Serta bukti Pemotongan/Pemungutannya</span><br /><br /><span style="font-family:arial;"><span style="font-weight: bold; color: rgb(51, 51, 255);"></span></span><br /><span style="font-family:arial;"><span style="font-weight: bold; color: rgb(51, 51, 255);">Download </span>(sesuai PER-53/PJ/2009):</span><br /><span style="font-family:arial;"><a href="http://www.ziddu.com/download/6756174/FormPPhPasl23-26sesuaiPER53-PJ-2009.rar.html" target="_blank">SPT Masa PPh Ps 23/26</a> - versi Excel</span><br /><span style="font-family:arial;"><a href="http://www.ziddu.com/download/6756175/FormPPhPasal22sesuaiPER53-PJ-2009.rar.html" target="_blank">SPT Masa PPh Ps 22</a> - versi Excel</span><br /><span style="font-family:arial;"><a href="http://www.ziddu.com/download/6756176/FormPPhPasal15sesuaiPER53-PJ-2009.rar.html" target="_blank">SPT Masa PPh Ps 15</a> - versi Excel</span><br /><span style="font-family:arial;"><a href="http://www.ziddu.com/download/6756173/FormPPhPasal42sesuaiPER53-PJ-2009.rar.html" target="_blank">SPT Masa PPh Ps 4 ayat 2</a> - versi Excel</span>

SPT PPh Final, PPh Pasal 4 ayat(2), SPT PPh Pasal 15, Pasal 22, Pasal 23 dan/atau Pasal 26 Baru..!!! Mulai Oktober 2009

Telah terbit Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-53/PJ/2009 tanggal 30 September 2009 mengenai SPT PPh Final, PPh Pasal 4 ayat(2), Surat pember...

Baca selengkapnya »

PPh Atas Penghasilan Dari Usaha Jasa Konstruksi - PP Nomor 40 Tahun 2009

<div style="text-align: center;"><span style=";font-family:arial;font-size:85%;" ><span style="font-weight: bold;">PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA</span></span><br /><span style=";font-family:arial;font-size:85%;" ><span style="font-weight: bold;">NOMOR 40 TAHUN 2009</span></span><br /><br /><span style="font-weight: bold;font-size:85%;" ><span style="color: rgb(255, 0, 0);">(susunan dalam satu naskah)</span></span><br /><br /><span style=";font-family:arial;font-size:85%;" ><span style="font-weight: bold;">TENTANG</span></span><br /><br /><span style=";font-family:arial;font-size:85%;" ><span style="font-weight: bold;">PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 51 TAHUN 2008</span></span><br /><span style=";font-family:arial;font-size:85%;" ><span style="font-weight: bold;">TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN</span></span><br /><span style=";font-family:arial;font-size:85%;" ><span style="font-weight: bold;">DARI USAHA JASA KONSTRUKSI</span></span><br /></div><span style=";font-family:arial;font-size:85%;" ><br /></span><div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold;font-family:arial;font-size:85%;" >Pasal 1</span><br /></div><span style=";font-family:arial;font-size:85%;" ><br />Dalam Peraturan Pemerintah ini, yang dimaksud dengan:<br /><br />1. Undang-Undang Pajak Penghasilan yang selanjutnya disebut Undang-Undang PPh adalah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.<br /><br />2. Jasa konstruksi adalah layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultansi pengawasan pekerjaan konstruksi.<br /><br />3. Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain.<br /><br />4. Perencanaan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang perencanaan jasa konstruksi yang mampu mewujudkan pekerjaan dalam bentuk dokumen perencanaan bangunan fisik lain.<br /><br />5. Pelaksunaan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang pelaksanaan jasa konstruksi yang mampu menyelenggarakan kegiatannya untuk mewujudkan suatu hasil perencanaan menjadi bentuk bangunan atau bentuk fisik lain, termasuk di dalamnya pekerjaan konstruksi terintegrasi yaitu penggabungan fungsi layanan dalam model penggabungan perencanaan, pengadaan, dan pembangunan (engineering, procurement and construction) serta model penggabungan perencanaan dan pembangunan (design and build).<br /><br />6. Pengawasan konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang pengawasan jasa konstruksi, yang mampu melaksanakan pekerjaan pengawasan sejak awal pelaksanaan pekerjaan konstruksi sampai selesai dan diserahterimakan.<br /><br />7. Pengguna Jasa adalah orang pribadi atau badan termasuk bentuk usaha tetap yang memerlukan layanan jasa konstruksi.<br /><br />8. Penyedia Jasa adalah orang pribadi atau badan termasuk bentuk usaha tetap, yang kegiatan usahanya menyediakan layanan jasa konstruksi baik sebagai perencana konstruksi, pelaksana konstruksi dan pengawas konstruksi maupun sub-subnya.<br /><br />9. Nilai Kontrak Jasa Konstruksi adalah nilai yang tercantum dalam satu kontrak jasa konstruksi secara keseluruhan.<br /><br /></span><div style="text-align: center;"><span style=";font-family:arial;font-size:85%;" ><span style="font-weight: bold;">Pasal 2</span></span><br /></div><span style=";font-family:arial;font-size:85%;" ><br />Atas penghasilan dari usaha Jasa Konstruksi dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final.<br /><br /></span><div style="text-align: center;"><span style=";font-family:arial;font-size:85%;" ><span style="font-weight: bold;">Pasal 3</span></span><br /></div><span style=";font-family:arial;font-size:85%;" ><br />(1) Tarif Pajak Penghasilan untuk usaha Jasa Konstruksi adalah sebagai berikut:<br /><br />a. 2% (dua persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang memiliki kualifikasi usaha kecil;<br /><br />b. 4% (empat persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha;<br /><br />c. 3% (tiga persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa selain Penyedia Jasa sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b;<br /><br />d. 4% (empat persen) untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang memiliki kualifikasi usaha; dan<br /><br />e. 6% (enam persen) untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha.<br /><br />(2) Dalam hal Penyedia Jasa adalah bentuk usaha tetap, tarif Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak termasuk Pajak Penghasilan atas sisa laba bentuk usaha tetap setelah Pajak Penghasilan yang bersifat final.<br /><br /></span><div style="text-align: center;"><span style=";font-family:arial;font-size:85%;" ><span style="font-weight: bold;">Pasal 4</span></span><br /></div><span style=";font-family:arial;font-size:85%;" ><br />Sisa laba dari bentuk usaha tetap setelah Pajak Penghasilan yang bersifat final sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2), dikenakan pajak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (4) Undang-Undang PPh atau sesuai dengan ketentuan dalam Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda.<br /><br /></span><div style="text-align: center;"><span style=";font-family:arial;font-size:85%;" ><span style="font-weight: bold;">Pasal 5</span></span><br /></div><span style=";font-family:arial;font-size:85%;" ><br />(1) Pajak Penghasilan yang bersifat final sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2:<br /><br />a. dipotong oleh Pengguna Jasa pada saat pembayaran, dalam hal Pengguna Jasa merupakan pemotong pajak; atau<br />b. disetor sendiri oleh Penyedia Jasa, dalam hal pengguna jasa bukan merupakan pemotong pajak.<br /><br />(2) Besarnya, Pajak Penghasilan yang dipotong atau disetor sendiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:<br /><br />a. jumlah pembayaran, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai, dikalikan tarif Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1); atau<br />b. jumlah penerimaan pembayaran, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai, dikalikan taril Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dalam hal Pajak Penghasilan disetor sendiri oleh Penyedia Jasa.<br /><br />(3) Jumlah pembayaran atau jumlah penerimaan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan bagian dari Nilai Kontrak Jasa Konstruksi.<br /><br /></span><div style="text-align: center;"><span style=";font-family:arial;font-size:85%;" ><span style="font-weight: bold;">Pasal 6</span></span><br /></div><span style=";font-family:arial;font-size:85%;" ><br />(1) Dalam hal terdapat selisih kekurangan Pajak Penghasilan yang terutang berdasarkan Nilai Kontrak Jasa Konstruksi dengan Pajak Penghasilan berdasarkan pembayaran yang telah dipotong atau disetor sendiri sebagairnana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1), selisih kekurangan tersebut disetor sendiri oleh Penyedia Jasa.<br /><br />(2) Dalam hal Nilai Kontrak Jasa Konstruksi tidak dibayar sepenuhnya oleh Pengguna Jasa, atas Nilai Kontrak Jasa Konstruksi yang tidak dibayar tersebut tidak terutang Pajak Penghasilan yang bersifat final, dengan syarat Nilai Kontrak Jasa Konstruksi yang tidak dibayar tersebut dicatat sebagai piutang yang tidak dapat ditagih.<br /><br />(3) Piutang yang tidak dapat ditagih sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf h Undang-Undang PPh.<br /><br />(4) Dalam hal piutang yang, nyata-nyata tidak dapat ditagih sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat ditagih kembali, tetap dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final.<br /><br /></span><div style="text-align: center;"><span style=";font-family:arial;font-size:85%;" ><span style="font-weight: bold;">Pasal 7</span></span><br /></div><span style=";font-family:arial;font-size:85%;" ><br />(1) Pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar negeri yang diterima atau diperoleh Penyedia Jasa dapat dikreditkan terhadap pajak yang terutang berdasarkan ketentuan Undang-Undang PPh.<br /><br />(2) Penghasilan lain yang diterima atau diperoleh Penyedia Jasa dari luar usaha Jasa Konstruksi dikenakan tarif berdasarkan ketentuan umum Undang-Undang PPh.<br /><br />(3) Keuntungan atau kerugian selisih kurs dari kegiatan usaha Jasa Konstruksi termasuk dalam perhitungan Nilai Kontrak Jasa konstruksi yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final.<br /><br /></span><div style="text-align: center;"><span style=";font-family:arial;font-size:85%;" ><span style="font-weight: bold;">Pasal 8</span></span><br /></div><span style=";font-family:arial;font-size:85%;" ><br />Penyedia Jasa wajib melakukan pencatatan yang terpisah atas biaya yang timbul dari penghasilan yang diterima atau diperoleh dari kegiatan usaha selain usaha Jasa Konstruksi.<br /><br /></span><div style="text-align: center;"><span style=";font-family:arial;font-size:85%;" ><span style="font-weight: bold;">Pasal 9 </span></span><br /></div><span style=";font-family:arial;font-size:85%;" ><br />Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemungutan, pemotongan, penyetoran, pelaporan, dan penatausahaan Pajak Penghasilan atas penghasilan dari usaha Jasa Konstruksi diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.<br /><br /><br /></span><div style="text-align: center;"><span style=";font-family:arial;font-size:85%;" ><span style="font-weight: bold;">Pasal 10</span></span><br /></div><span style=";font-family:arial;font-size:85%;" ><br />Terhadap kontrak yang ditandatangani sebelum tanggal 1 Agustus 2008, untuk pembayaran kontrak atau bagian dari kontrak yang dilakukan sampai dengan tanggal 31 Desember 2008, pengenaan Pajak Penghasilan adalah sebagai berikut:<br /><br />a. atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap dari usaha di bidang jasa konstruksi ditentukan sebagai berikut:<br /><br />1) dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan ketentuan umum Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan;<br />2) dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final bagi Wajib Pajak yang memenuhi kualifikasi sebagai usaha kecil berdasarkan sertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang, serta yang mempunyai nilai pengadaan sampai dengan Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).<br /><br />b. atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam huruf a angka 1) ditentukan sebagai berikut:<br /><br />1) dikenakan pemotongan pajak berdasarkan ketentuan Pasal 23 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan oleh pengguna jasa dalam hal pengguna jasa adalah badan Pemerintah, Subjek Pajak badan dalam negeri, bentuk usaha tetap, atau orang pribadi sebagai Wajib Pajak dalam negeri yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak sebagai pemotong Pajak Penghasilan Pasal 23 tersebut pada saat pembayaran uang muka dan termin;<br />2) dikenakan pajak berdasarkan ketentuan Pasal 25 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan dalam hal pemberi penghasilan adalah pengguna jasa lainnya selain sebagaimana dimaksud dalam angka 1).<br /><br />c. atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam huruf a angka 2) ditentukan sebagai berikut:<br /><br />1) dikenakan pemotongan pajak yang bersifat final sesuai dengan ketentuan dalam huruf d oleh pengguna jasa, dalam hal pengguna jasa adalah badan Pemerintah, Subjek Pajak badan dalam negeri, bentuk usaha tetap, atau orang pribadi sebagai Wajib Pajak dalam negeri yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak sebagai pemotong Pajak Penghasilan Pasal 23 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan pada saat pembayaran uang muka dan termin;<br />2) dikenakan pajak yang bersifat final sesuai ketentuan dalam huruf d, dengan cara menyetor sendiri Pajak Penghasilan yang terutang pada saat menerima pembayaran uang muka dan termin, dalam hal pemberi penghasilan adalah pengguna jasa lainnya selain yang dimaksud dalam angka 1).<br /><br />d. Besarnya Pajak Penghasilan yang terutang dan harus dipotong oleh pengguna jasa atau disetor sendiri oleh Wajib Pajak penyedia jasa yang bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam huruf c ditetapkan sebagai berikut:<br /><br />1) 4% (empat persen) dari jumlah bruto, yang diterima Wajib Pajak penyedia jasa perencanaan konstruksi;<br />2) 2% (dua persen) dari jumlah bruto, yang diterima Wajib Pajak penyedia jasa pelaksanaan konstruksi; atau<br />3) 4% (empat persen) dari jumlah bruto, yang diterima Wajib Pajak penyedia jasa pengawasan konstruksi.<br /><br /></span><div style="text-align: center;"><span style=";font-family:arial;font-size:85%;" ><span style="font-weight: bold;">Pasal 10A</span></span><br /></div><span style=";font-family:arial;font-size:85%;" ><br />Terhadap kontrak yang ditandatangani sebelum tanggal 1 Agustus 2008, untuk pembayaran kontrak atau bagian dari kontrak dilakukan setelah tanggal 31 Desember 2008 berlaku ketentuan sebagai berikut:<br /><br />a. dalam hal berita acara serah terima penyelesaian pekerjaan ditandatangani oleh Penyedia Jasa dan Pengguna Jasa sampai dengan tanggal 31 Desember 2008, pengenaan Pajak Penghasilan dilakukan berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10;<br />b. dalam hal berita acara serah terima penyelesaian pekerjaan ditandatangani oleh Penyedia Jasa dan Pengguna Jasa sejak tanggal 1 Januari 2009 atau penyelesaian pekerjaan tidak menggunakan berita acara serah terima penyelesaian pekerjaan, pengenaan Pajak Penghasilan dilakukan berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi.<br /><br /></span><div style="text-align: center;"><span style=";font-family:arial;font-size:85%;" ><span style="font-weight: bold;">Pasal 10B</span></span><br /></div><span style=";font-family:arial;font-size:85%;" ><br />Terhadap kontrak yang ditandatangani sejak tanggal 1 Agustus 2008, pengenaan Pajak Penghasilan dilakukan berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi.<br /><br /></span><div style="text-align: center;"><span style=";font-family:arial;font-size:85%;" ><span style="font-weight: bold;">Pasal 10C</span></span><br /></div><span style=";font-family:arial;font-size:85%;" ><br />Kerugian dari usaha Jasa Konstruksi yang masih tersisa sampai dengan Tahun Pajak 2008 hanya dapat dikompensasikan sampai dengan Tahun Pajak 2008.<br /><br /></span><div style="text-align: center;"><span style=";font-family:arial;font-size:85%;" ><span style="font-weight: bold;">Pasal II</span></span><br /></div><span style=";font-family:arial;font-size:85%;" ><br />Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku sejak tanggal 1 Agustus 2008.</span>

PPh Atas Penghasilan Dari Usaha Jasa Konstruksi - PP Nomor 40 Tahun 2009

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 (susunan dalam satu naskah) TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 51...

Baca selengkapnya »

PPh atas Penghasilan Persewaan Tanah dan/atau Bangunan

<span style="font-size:85%;"><span style="font-family: arial; font-weight: bold;">Dasar Hukum</span><br /><br /><span style="font-family: arial;">1. PP 29 TAHUN 1996 yang telah dubah terakhir dengan PP-5 TAHUN 2002 tentang Pembayaran PPh Atas Penghasilan Dari Persewaan Tanah dan/atau Bangunan </span><br /><span style="font-family: arial;">2. KMK-394/KMK.04/1996 yang telah diubah terakhir dengan KMK-120/KMK.03/2002 Tentang Pelaksanaan Pembayaran dan Pemotongan PPh Atas Penghasilan Dari Persewaan Tanah dan/atau Bangunan</span><br /><span style="font-family: arial;">3. KEP - 227/PJ./2002 Tentang tatacara Pemotongan dan Pembayaran, serta Pelaporan PPh Atas Penghasilan Dari Persewaan Tanah dan/atau Bangunan</span><br /><span style="font-family: arial;">4. KEP - 50/PJ./1996 Tentang Penunjukan WP OP dalam negeri tertentu sebagai pemotong PPh Atas Penghasilan Dari Persewaan Tanah dan/atau Bangunan</span><br /><br /><span style="font-family: arial; font-weight: bold;">Pengertian</span><br /><br /><span style="font-family: arial;">Penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan sehubungan dengan persewaan tanah dan/atau bangunan berupa tanah, rumah, rumah susun, apartemen, kondominium, gedung perkantoran, pertokoan, atau pertemuan termasuk bagiannya, rumah kantor, toko, rumah toko, gudang dan bangunan industri, terutang Pajak Penghasilan yang bersifat final.</span><br /><br /><span style="font-family: arial; font-weight: bold;">Objek dan tarif</span><br /><br /><span style="font-family: arial;">Besarnya Pajak Penghasilan yang terutang bagi Wajib Pajak orang pribadi maupun Wajib Pajak badan yang menerima atau memperoleh penghasilan dari persewaan tanah dan atau bangunan adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah bruto nilai persewaan tanah dan atau bangunan dan bersifat final</span><br /><br /><span style="font-family: arial;">Yang dimaksud dengan jumlah bruto nilai persewaan adalah semua jumlah yang dibayarkan atau terutang oleh pihak yang menyewa dengan nama dan dalam bentuk apapun yang berkaitan dengan tanah dan atau bangunan yang disewa, termasuk biaya perawatan, biaya pemeliharaan, biaya keamanaan dan service charge baik yang perjanjiannya dibuat secara terpisah maupun yang disatukan dengan perjanjian persewaan yang bersangkutan</span><br /><br /><br /><span style="font-family: arial; font-weight: bold;">Pemotong PPh</span><br /><br /><span style="font-family: arial;">(1) Apabila penyewa adalah badan pemerintah, Subjek Pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, kerjasama operasi, perwakilan perusahaan luar negeri lainnya, dan orang pribadi yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak, Pajak Penghasilan yang terutang wajib dipotong oleh penyewa. *)</span><br /><br /><span style="font-family: arial;">(2) Apabila penyewa adalah orang pribadi atau bukan Subjek Pajak Penghasilan selain yang tersebut pada butir (1) maka Pajak Penghasilan yang wajib dibayar sendiri oleh pihak yang menyewakan **)</span><br /><br /><span style="font-family: arial;">orang pribadi yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak</span><br /><span style="font-family: arial;">a. Akuntan, arsitek, dokter, Notaris, Pejabat Pembuat Akte Tanah (PPAT) kecuali PPAT tersebut adalah Camat, pengacara, dan konsultan, yang melakukan pekerjaan bebas;</span><br /><span style="font-family: arial;">b. Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan pembukuan;</span><br /><span style="font-family: arial;">yang telah terdaftar sebagai Wajib Pajak dalam negeri.</span><br /><br /><span style="font-family: arial;">Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri tsb wajib memotong Pajak Penghasilan atas penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan.</span><br /><br /><span style="font-family: arial;">Kepala Kantor Pelayanan Pajak menerbitkan Surat Keputusan Penunjukan sebagai Pemotong Pajak Penghasilan atas penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan kepada Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri</span><br /><br /><br /><span style="font-family: arial; font-weight: bold;">Saat terutang</span><br /><br /><span style="font-family: arial;">PPh atas Penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan tsb terutang pada saat pembayaran atau terutangnya sewa</span><br /><br /><span style="font-family: arial; font-weight: bold;">Tatacara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan</span><br /><br /><span style="font-family: arial;">*) Dalam melaksanakan pemotongan Pajak Penghasilan persewaan tanah dan/atau bangunan tsb pihak penyewa wajib:</span><br /><span style="font-family: arial;">a. Memotong Pajak Penghasilan yang terutang pada saat pembayaran atau terutangnya sewa, tergantung peristiwa mana lebih dahulu terjadi;</span><br /><span style="font-family: arial;">b. Menyetor Pajak penghasilan yang terutang ke Bank Persepsi atau Kantor Pos dan Giro paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan takwin berikutnya setelah bulan pembayaran atau terutangnya sewa;</span><br /><span style="font-family: arial;">c. Melaporkan pemotongan dan penyetoran Pajak penghasilan yang terutang ke Kantor Pelayanan Pajak paling lambat tanggal 20 (dua puluh) bulan takwin berikutnya setelah bulan pembayaran atau terutangnya sewa;</span><br /><br /><span style="font-family: arial;">**) Dalam melaksanakan penyetoran sendiri Pajak Penghasilan atas persewaan tanah dan/atau bangunan tsb, pihak yang menyewakan wajib:</span><br /><span style="font-family: arial;">a. Menyetor Pajak penghasilan yang terutang ke Bank Persepsi atau Kantor Pos dan Giro paling lambat tanggal 15 (lima belas) bulan takwin berikutnya setelah bulan pembayaran atau terutangnya sewa;</span><br /><span style="font-family: arial;">b. Melaporkan pemotongan dan penyetoran Pajak penghasilan yang terutang ke Kantor pelayanan Pajak paling lambat tanggal 20 (dua puluh) bulan takwin berikutnya setelah bulan pembayaran atau terutangnya sewa;</span><br /><br /><span style="font-family: arial; font-weight: bold;">Lain-Lain</span><br /><br /><span style="font-family: arial;">Dalam pembukuan Wajib Pajak yang menyewakan, wajib dipisahkan antara penghasilan dan biaya yang berhubungan dengan persewaan tanah dan atau bangunan dengan penghasilan dan biaya lainnya.</span><br /><br /><span style="font-family: arial;">Bagi Wajib Pajak yang semata-mata bergerak di bidang usaha persewaan tanah dan atau bangunan tidak diwajibkan membayar Pajak Penghasilan Pasal 25.</span></span>

PPh atas Penghasilan Persewaan Tanah dan/atau Bangunan

Dasar Hukum 1. PP 29 TAHUN 1996 yang telah dubah terakhir dengan PP-5 TAHUN 2002 tentang Pembayaran PPh Atas Penghasilan Dari Persewaan Tana...

Baca selengkapnya »

Perlakuan Perpajakan atas Rumah Sederhana, Rumah Susun Sederhana dan Rusunami

<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFukrM28-vgrRd7yFN18-CfbGqAHyNuo8QfImOkkv1UAC9oUzRlq81qZH0iHTWjQIvgGvk5WFgI-j6GxfQpAuGwHGQZFzTM6v6kmAaLzrAQqDGVmlanKLtEJ9i36DCywC9a3FKZRBnl_8/s1600-h/Rusun4.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5337467232749372370" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFukrM28-vgrRd7yFN18-CfbGqAHyNuo8QfImOkkv1UAC9oUzRlq81qZH0iHTWjQIvgGvk5WFgI-j6GxfQpAuGwHGQZFzTM6v6kmAaLzrAQqDGVmlanKLtEJ9i36DCywC9a3FKZRBnl_8/s400/Rusun4.jpg" style="margin: 0px 10px 10px 0px; float: left; width: 400px; height: 300px;" /></a><span style=";font-family:arial;font-size:85%;" >Akibat tidak memiliki izin mendirikan bangunan (IMB), bangunan berupa rumah susun sederhana milik (Rusunami) Kalibata Residences, di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan yang dibangun oleh pengembang PT Pradani Sukses Abadi (Agung Podomoro Group) disegel, oleh Suku Dinas Penataan dan Pengawasan Bangunan (P2B), Pemkot Adm Jakarta Selatan.<br /><br />Kepala Sudin P2B Jakarta Selatan Widiyo Dwiyono mengatakan, sebelum disegel, menara rusunami yang berdiri di atas lahan seluas tujuh hektar itu sudah diberi surat perintah bongkar, namun dari pihak pengembang ternyata tidak menggubris surat perintah bongkar tersebut.<br /><br />Kasudin P2B, Jakarta Selatan, Widyo D menambahkan, pemerintah provinsi (Pemprov) DKI Jakarta melalui Sudin P2B Jakarta Selatan akan membongkar bangunan Rusunami milik Kalibata Residences yang merupakan program pemerintah pusat secara subsidi dan non subsidi untuk membangun 1.000 menara di wilayah Jabodetabek jika memang menyalahi aturan.<br /><br />Menurut Widyo, bagi pengembang yang tidak memenuhi aturan terhadap pembangunan tersebut, Sudin P2B Jaksel akan menerapkan aturan Perda No 1 tahun 2006 tentang retribusi dengan penalti senilai Rp 20.000/m2. "Kita akan kenakan sanksi penalti kepada pihak pengembang jika tetap mendirikan bangunan dilokasi penalti yang nilainya enam kali lipat dari retribusi yang dibayar," tambahnya.<br /><br />Secara terpisah, Gubernur Prov DKI Jakarta, Fauzi Bowo menegaskan, setiap adanya penyegelan, tentunya Sudin P2B memiliki alasan kuat untuk menyegel dan bahkan membongkar, namun aparat tidak bisa bertindak diluar prosedur, untuk melakukan hal tersebut sudah ada aturannya untuk melakukan penertiban. "Kita akan berikan kesempatan kepada pengembang untuk mengurus izin mendirikan bangunannya.<br /><br />Terlepas dari kasus IMB tersebut, kali ini Kami tidak akan membahas kasus tersebut. Semoga permasalahan cepat dapat diselesaikan. Kami</span><span style=";font-family:arial;font-size:85%;" > ingin sedikit membahas mengenai perlakuan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan PPh Pasal 4(2) Final atas pengalihan hak atas Rumah Sederhana, Rumah Susun Sederhana dan Rumah Susun Sederhana Milik (Rusunami).<br /><br />Terlebih dahulu kita pelajari terlebih dahulu pengertian dari Rumah Sederhana, Rumah Susun Sederhana dan Rumah Susun Sederhana Milik (Rusunami).<br /><br /><strong>Sesuai Pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-80/PMK.03/2008 :<br />Rumah Sederhana dan Rumah Sangat Sederhana adalah</strong> Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat/RSH) dan Rumah Inti Tumbuh (RIT) yang memenuhi ketentuan:<br />a. harga jual tidak melebihi Rp 55.000.000,- dan<br />b. merupakan rumah pertama yang dimiliki, digunakan sendiri sebagai tempat tinggal dan tidak dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 tahun sejak dimiliki.<br />Termasuk Rumah Sederhana dan Rumah Sangat Sederhana adalah Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat/RSH) dan Rumah Inti Tumbuh (RIT) yang diserahkan kepada Bank dalam rangka pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang memenuhi ketentuan :<br />a. harga jual tidak melebihi Rp 55.000.000,-<br />b. dibeli oleh bank dengan tujuan untuk dijual kembali kepada masyarakat yang berpenghasilan rendah dalam rangka pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan<br />c. rumah tersebut harus dijual kembali kepada masyarakat berpenghasilan rendah dalam jangka waktu 6 bulan sejak dibeli.<br /><br /><strong>Sesuai Pasal 3 Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-80/PMK.03/2008 :<br />Rumah Susun Sederhana adalah </strong>Bangunan bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang dipergunakan sebagai tempat hunian yang dilengkapi dengan KM/WC dan dapur baik bersatu dengan unit hunian maupun terpisah dengan penggunaan komunal yang memenuhi ketentuan:<br />a. harga jual untuk setiap hunian termasuk strata title tidak melebihi Rp 75.000.000,00;<br />b. luas bangunan untuk setiap hunian tidak melebihi 21 m2;<br />c. pembangunannya mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum yang mengatur mengenai Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun; dan<br />d. merupakan unit hunian pertama yang dimiliki, digunakan sendiri sebagai tempat tinggal dan tidak dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 tahun sejak dimiliki.<br /><br /><strong>Sesuai Pasal 1 KMK-155/KMK.03/2001 yang telah dirubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-31/PMK.03/2008 :<br />Rumah Susun Sederhana Milik (<span style="color: rgb(255, 0, 0);">RUSUNAMI</span>) adalah</strong> bangunan bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang dipergunakan sebagai tempat hunian yang dilengkapi dengan kamar mandi/WC dan dapur, baik bersatu dengan unit hunian maupun terpisah dengan penggunaan komunal yang memenuhi ketentuan :<br />a. luas untuk setiap hunian lebih dari 21 m2 dan tidak melebihi 36 m2;<br />b. harga jual untuk setiap hunian tidak melebihi Rp 144.000.000,00;<br />c. diperuntukkan bagi orang pribadi yang mempunyai penghasilan tidak melebihi Rp 4.500.000,00 per bulan dan telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);<br />d. pembangunannya mengacu kepada Peraturan Menteri Pekerjaan umum yang mengatur mengenai persyaratan teknis pembangunan rumah susun sederhana; dan<br />e. merupakan unit hunian pertama yang dimiliki, digunakan sendiri sebagai tempat tinggal dan tidak dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak dimiliki.<br /><br />Termasuk dalam pengertian Rusunami adalah Rusunami yang diserahkan kepada bank dalam rangka pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang memenuhi ketentuan:<br />a. dibeli oleh bank dengan tujuan untuk dijual kembali kepada masyarakat dalam rangka pembiayaan berdasarkan prinsip syariah; dan<br />b. rumah tersebut harus dijual kembali kepada masyarakat dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak dibeli.<br /><br /></span><br /><span style=";font-family:arial;font-size:85%;" ><span style="font-size:100%;"><strong>Perlakuan Perpajakan untuk Rumah Sederhana dan Rumah Susun Sederhana :</strong><br /></span><br />untuk pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang memenuhi kriteria Rumah Sederhana dan Rumah Susun Sederhana yang perolehannya secara tunai ataupun dibiayai melalui fasilitas kredit bersubsidi maupun tidak bersubsidi maka besarnya PPh Final Pasal 4 ayat (2) yang wajib dibayar sendiri mendapat fasilitas PPh yaitu sebesar 1%. <em>(PMK-243/PMK.03/2008)</em><br /><br /><span style="font-family:arial;">pengusaha realestat yang melakukan penyerahan bangunan yang memenuhi kriteria Rumah Sederhana dan Rumah Sangat Sederhana maupun Rumah Susun Sederhana yang perolehannya secara tunai ataupun dibiayai melalui fasilitas kredit bersubsidi maupun tidak bersubsidi, mendapat fasilitas dibebaskan dari pengenaan PPN secara otomatis tanpa adanya persyaratan SKB (Surat Keterangan Bebas) -<em> (PMK-31/PMK.03/2008) </em></span></span><br /><span style=";font-family:arial;font-size:85%;" ><em></em></span><br /><span style=";font-family:arial;font-size:85%;" ><strong><span style="font-size:100%;">Perlakuan Perpajakan untuk Rumah Susun Sederhana Milik (<span style="color: rgb(255, 0, 0);">RUSUNAMI</span>):</span></strong><br /><br />pengusaha realestat yang melakukan penyerahan bangunan yang memenuhi kriteria Rumah Susun Sederhana Milik (RUSUNAMI) yang perolehannya dibiayai melalui kredit kepemilikan rumah bersubsidi atau tidak bersubsidi mendapat fasilitas dibebaskan dari pengenaan PPN secara otomatis tanpa adanya persyaratan SKB (Surat Keterangan Bebas) -<em> (PMK-31/PMK.03/2008)</em></span><br /><br /><script src="http://adsensecamp.com/show/?id=JvdgH406cao%3D&cid=xoxibs15%2BiU%3D&chan=LdODDyUNkg4%3D&type=2&title=333333&text=000000&background=FFFFFF&border=FFFFFF&url=FFFFFF" type="text/javascript"><br /></script>

Perlakuan Perpajakan atas Rumah Sederhana, Rumah Susun Sederhana dan Rusunami

Akibat tidak memiliki izin mendirikan bangunan (IMB), bangunan berupa rumah susun sederhana milik (Rusunami) Kalibata Residences, di kawasan...

Baca selengkapnya »

PMK-243/PMK.03/2008 - Pelaksanaan Pembayaran PPh atas Pengalihan Hak atas Tanah dan atau Bangunan

<div align="center"><strong>PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA<br />NOMOR 243/PMK.03/2008<br /><br /><span style="font-size:85%;"><span style="font-family: arial;">TENTANG</span><br /><br /><span style="font-family: arial;">PERUBAHAN KEDUA ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN</span><br /><span style="font-family: arial;">NOMOR 635/KMK.04/1994 TENTANG PELAKSANAAN PEMBAYARAN</span><br /><span style="font-family: arial;">PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI PENGALIHAN</span><br /><span style="font-family: arial;">HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN</span></span></strong><span style="font-size:85%;"><br /></span></div><div style="font-family: arial;" align="left"><span style="font-size:85%;"><br /><strong>Pasal 1</strong><br /><br />(1) Pajak Penghasilan yang terutang atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2008 dengan memperhatikan Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 Peraturan Pemerintah nomor 71 Tahun 2008 wajib dibayar sendiri oleh pribadi atau badan yang bersangkutan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) pada bank persepsi atau Kantor Pos dan Giro, sebelum akta, keputusan, perjanjian, kesepakatan atau risalah lelang ditanda tangani oleh pejabat yang berwenang.<br /><br />(2) Pada Surat Setoran Pajak (SSP) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dicantumkan nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dari orang pribadi atau badan yang bersangkutan.<br /><br /><br /><strong>Pasal 2<br /></strong><br />(1) Pajak Penghasilan yang terutang atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 dengan memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 dipungut oleh bendaharawan atau pejabat yang melakukan pembayaran atau pejabat yang menyetujui tukar menukar.<br /><br />(2) Bendaharawan atau pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memungut Pajak Penghasilan yang terutang dan menyetorkannya ke bank persepsi atau Kantor Pos dan Giro dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP), sebelum pembayaran kepada orang pribadi atau badan atau sebelum tukar menukar dilaksanakan.<br /><br />(3) Pada Surat Setoran Pajak (SSP) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib dicantumkan nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dari orang pribadi atau badan yang menerima pembayaran atau yang melakukan tukar menukar.<br /><br /><br /><strong>Pasal 2A</strong><br /><br /> (1) Besarnya Pajak Penghasilan yang terutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) dan Pasal 2 ayat (1) adalah sebesar 5% (lima persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, kecuali atas pengalihan hak atas Rumah Sederhana dan Rumah Susun Sederhana yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dikenai Pajak Penghasilan sebesar 1% (satu persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan.<br /><br /> (2) Dalam hal pembayaran atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dilakukan dengan cara angsuran, maka Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan jumlah setiap pembayaran angsuran termasuk uang muka, bunga, pungutan dan pembayaran tambahan lainnya yang dipenuhi oleh pembeli, sehubungan dengan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan tersebut.<br /><br /> (3) Pembayaran Pajak Penghasilan dengan cara angsuran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib dibayar oleh orang pribadi atau badan yang bersangkutan ke kas negara melalui Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah bulan diterimanya pembayaran.<br /> (4) Wajib Pajak yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Wajib Pajak yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sebagai barang dagangan, termasuk pengembang kawasan perumahan, pertokoan, pergudangan, industri, kondominium, apartemen, rumah susun, dan gedung perkantoran.<br /><br /><strong>Pasal 2B<br /></strong><br />(1) Dikecualikan dari kewajiban pembayaran atau pemungutan Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) dan Pasal 2 ayat (1) adalah :<br /> a. orang pribadi yang mempunyai penghasilan dibawah Penghasilan Tidak Kena Pajak yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dengan jumlah bruto pengalihannya kurang dari Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah;<br /> b. orang pribadi atau badan yang menerima atau memperoleh penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan kepada Pemerintah guna pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum yang memerlukan persyaratan khusus;<br /> c. orang pribadi yang melakukan pengalihan tanah dan/atau bangunan dengan cara hibah kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang hibah tersebut tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan;<br /> d. badan yang melakukan pengalihan tanah dan/atau bangunan dengan cara hibah kepada badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan,sepanjang hibah tersebut tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan; atau<br /> e. pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan karena warisan.<br /><br />(2) Termasuk yang dikecualikan dari kewajiban pembayaran atau pemungutan Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan yang tidak termasuk subjek pajak.<br /><br />(3) Tata cara pemberian pengecualian dari kewajiban pembayaran atau pemungutan Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak.<br /><br /><strong> Pasal 3</strong><br /><br />(1) Pejabat yang berwenang menandatangani akat, keputusan, perjanjian, kesepakatan atau risalah lelang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, wajib menyampaikan laporan bulanan mengenai penerbitan akta, keputusan, perjanjian, kesepakatan, atau risalah lelang atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat pejabat yang berwenang terdaftar sebagai Wajib Pajak.<br /><br />(2) Laporan bulanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya setelah bulan dilakukannya pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan.<br /><br /><br /><strong>Pasal 4</strong><br /><br />(1) Orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran sendiri Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa paling lama tanggal 20 bulan berikutnya setelah bulan dilakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan atau diterimanya pembayaran.<br />(2) Bendaharawan atau pejabat yang melakukan pembayaran atau pejabat yang menyetujui tukar-menukar, yang melakukan pemungutan Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa paling lama tanggal 20 bulan berikutnya setelah bulan dilakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan atau diterimanya pembayaran.<br /><br /><br /><strong> Pasal 5<br /></strong><br />Bentuk laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dan Pasal 4 ayat (1) ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.<br /><br /><br /><strong>Pasal 5A</strong><br /><br /> Terhadap Wajib Pajak badan, termasuk koperasi, yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan berlaku ketentuan sebagai berikut:<br /> a. atas kerugian dari usaha pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang masih tersisa sampai dengan Tahun Pajak 2008 hanya dapat dikompensasikan sampai dengan Tahun Pajak 2008;<br /> b. sejak Masa Januari 2009 tidak diwajibkan melakukan pembayaran angsuran Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, terkait dengan penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan.<br /><br /><strong> Pasal 5B</strong><br /><br /> dihapus.<br /><br /><br /><strong> Pasal 5C</strong><br /><br /> dihapus.</span> </div>

PMK-243/PMK.03/2008 - Pelaksanaan Pembayaran PPh atas Pengalihan Hak atas Tanah dan atau Bangunan

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 243/PMK.03/2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 635/KMK.04...

Baca selengkapnya »